Dalam tradisi mereka, proses penguburan juga merupakan ungkapan kasih dari mereka yang mengasihi orang mati tersebut.
Sayangnya, pada zaman Yesus, biasanya penjahat yang disalib tidak layak dikuburkan. Orang pun tak akan berkabung bagi mereka.
Ketika Yesus disalibkan seperti penjahat, Yusuf dari Arimatea tahu bahwa Yesus disalibkan bukan karena kesalahan-Nya. Ia lalu meminta izin kepada Pilatus untuk menguburkan Yesus.
Yusuf dari Arimatea adalah anggota Majelis Besar yang tak setuju dengan tindakan Majelis, dan secara diam-diam telah menjadi murid Yesus.
Bersama Nikodemus (seorang Farisi, yang pernah menemui Yesus pada malam hari), ia menurunkan mayat Yesus dan menguburkan-Nya di tanah miliknya, karena ia termasuk orang kaya.
Yesus dikuburkan |
Maka, genaplah nubuat Nabi Yesaya: "Kematian-Nya seperti seorang penjahat, namun Ia dikubur di dalam pekuburan orang kaya" (Yesaya 53:9, FAYH).
Begitulah. Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus mengungkapkan kasih dan penghormatan mereka kepada Yesus.
Yusuf mengurbankan tanah kuburan baru miliknya. Sedangkan Nikodemus membawa sekitar 37 kilogram rempah untuk mengafani Yesus. Konon, hanya mayat seorang raja yang dirempahi sebanyak itu.
Dari sini kita dapat menduga seberapa berartinya Yesus bagi Yusuf dan Nikodemus.
Bila kita mengakui Yesus sebagai Pribadi paling berarti bagi kita, bagaimana kita hendak mengungkapkan kasih dan penghormatan kepada-Nya?
Kiranya aku dapat mengasihi dan menghormati Tuhanku dengan persembahan diri dan ketaatanku.
* * *
Penulis: Agustina Wijayani | e-RH, 30/3/2013
(diedit seperlunya)
==========