16 Mei 2010

Mengucap Syukur

Suatu sore saya datang ke penjual buah untuk membeli mangga. Keinginan mendapatkan buah mangga timbul seketika setelah melihat resep es buah yang menggunakan buah mangga dan stroberi. Saya ingin segera mempraktikkan resep tersebut.

Penjual pertama yang saya temui berkata, “Wah... sekarang bukan musim mangga lagi, Bu. Sudah ganti jeruk.”

Saya mencoba bertanya kepada penjual kedua, siapa tahu masih ada mangga terakhir yang tersisa setelah berganti musim jeruk, demikian pikir saya.

Sambil bercanda penjual itu berkata, “Hari gini masih cari mangga Bu? Tuhan tahu kok kalau manusia itu cepat bosan, makanya sekarang ganti musim jeruk.”

Jawaban tukang buah tersebut membuat saya tertawa. Tetapi dalam perjalanan pulang saya mulai berpikir tentang pergantian musim buah. Saya semakin melihat betapa baik, ajaib dan kreatifnya Tuhan. Ia menciptakan aneka pohon yang menghasilkan buah, bahkan mengatur musimnya bergantian.

Musim mangga berlalu diganti dengan musim jeruk, musim jeruk berlalu diganti dengan musim buah-buahan yang lain. Ini merupakan bukti kasih Tuhan kepada manusia, sesuatu yang sederhana namun sering kali kita lupa untuk mensyukurinya.

Kita terbiasa hanya bersyukur untuk hal-hal yang besar atau sesuatu yang spektakuler, yang kita alami. Padahal banyak sekali kejadian sehari-hari di mana kita bisa melihat kasih Tuhan di dalamnya dan bersyukur untuk hal itu.

Orang Yahudi mempunyai kebiasaan untuk selalu mengucap syukur atas apa yang mereka nikmati. Misalnya, ketika hendak minum anggur, ketika melihat matahari terbit, ketika anak mereka baru pertama kali berjalan, dan untuk apa saja yang hendak mereka lakukan; umumnya ada ucapan syukur yang mereka naikkan kepada Tuhan.

Ucapan syukur untuk buah pohon yang akan mereka makan berbunyi demikian, “Terpujilah Engkau, sumber segala kehidupan. Pencipta buah dari pohon.”

Ini merupakan kebiasaan baik yang patut kita teladani. Di dalam ucapan syukur terkandung rasa terima kasih dan penghargaan kepada Sang Pencipta yang telah menciptakan langit bumi dan segala isinya.

Mari kita jadikan ucapan syukur sebagai gaya hidup. Jika kita jeli melihat, maka kita akan selalu menemukan alasan untuk bersyukur kepada Tuhan daripada mengeluh sepanjang hari. Kesehatan, tempat tinggal, pakaian, makanan, pekerjaan, teman hidup, anak-anak, orangtua, dll., semuanya patut disyukuri.

Jika kita tidak belajar mengucap syukur untuk hal-hal yang baik, bagaimana mungkin kita bisa bersyukur ketika Tuhan mengizinkan kejadian buruk terjadi dalam hidup kita? Mulailah bersyukur sejak kita bangun di pagi hari, maka hari-hari yang kita lalui akan terasa indah.

-----

Kata-kata bijak:
Ucapan syukur adalah kebiasaan orang-orang yang tahu berterima kasih kepada Tuhan.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 16 Mei 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========


Artikel Terbaru Blog Ini