25 Januari 2011

Jalan Kebahagiaan

Apa lagi yang kurang dari hidup Kurt Cobain? Ia masih muda, berusia 27 tahun, kaya, dan terkenal di seantero dunia. Ia adalah vokalis Nirvana, grup musik rok terkenal asal Amerika. Pada 1991, lagu yang diciptakannya, Smell Like Teen Spirit, sempat sangat populer di Amerika dan Inggris. Namun, suatu hari pemuda itu ditemukan bunuh diri dengan pistol setelah mengonsumsi heroin.


Kurt Cobain tidak sendiri. Kita bisa membuat daftar sangat panjang, tentang orang kaya dan terkenal — yang dalam pandangan umum dianggap sudah tidak kekurangan apa-apa — tetapi hidupnya merana dan depresi. Bahkan, tidak sedikit yang berakhir tragis. Itu menunjukkan bahwa kekayaan dan popularitas tidak menjamin kebahagiaan hidup. Sukses lahiriah tidak serta-merta menjadi petunjuk "sukses batiniah".

Kesimpulan:
  1. Kalau kita tidak kaya dan tidak populer, jangan berkecil hati, sebab itu bukan berarti kita tidak bisa bahagia.
  2. Tetapi kalau kita kaya dan populer, mesti tetap berhati-hati agar jangan lupa diri. Sebab dengan itu semua, tidak serta-merta hidup kita bahagia. Malah kalau tidak waspada, itu semua justru bisa membawa bencana.
KEBAHAGIAAN TIDAK BERGANTUNG PADA MATERI NAMUN PADA TUHAN YANG MENJADI SUMBER DAMAI DI HATI.

* * *

Sumber: e-RH, 25 Januari 2011 (dipersingkat)

Dibagikan oleh Paulus Herlambang.

==========

21 Januari 2011

Sampai Kapan?

Tahukah Anda bagaimana seorang pengrajin perak memurnikan perak dari lempengan perak biasa menjadi lempengan yang indah dan bernilai? Untuk memurnikan dan menahirkan perak, logam tersebut harus dipanaskan dalam perapian dengan suhu yang sangat tinggi. Ini dimaksudkan agar bagian-bagian yang tidak diperlukan dapat dibuang dan yang tersisa hanya perak murni.

Seorang tukang perak harus duduk selama proses pemurnian. Namun, ia bukan duduk santai melihat perak yang dibakar. Ia duduk persis di dekat perapian sambil memegang perak yang dipanaskan dengan bantuan penjepit. Ia harus berjaga memerhatikan dengan saksama proses yang sedang berlangsung di depan matanya dan bersiap-siap menarik perak tersebut jika telah selesai. Sedikit saja ia terlambat, perak tersebut bisa hancur.

Kehidupan kita juga serupa seperti perak yang sedang dimurnikan. Kita harus melewati proses yang tidak selalu menyenangkan, bahkan cenderung membuat kita merasa tidak nyaman. Namun, seperti tukang perak yang duduk di dekat perapian sambil "memegang" peraknya, demikianlah Tuhan menjaga kita agar melewati setiap proses dengan baik dan tidak sampai hancur.

Kadang kita memang bertanya, "Sampai kapan, Tuhan?" Bagi seorang tukang perak, sangat mudah mengetahui jika peraknya sudah benar-benar murni, yaitu ketika ia dapat melihat wajahnya tercermin dari logam yang sedang dibakarnya. Demikian juga, dalam setiap proses yang kita alami, Tuhan memastikan bahwa hanya Dia yang tercermin dalam kehidupan kita.

TUHAN MURNIKANLAH SAYA SAMPAI HANYA TUHAN YANG TERCERMIN MELALUI HIDUP SAYA.

* * *

Sumber: e-RH, 21 Januari 2011 (diedit seperlunya)

Dibagikan oleh Paulus Herlambang.

==========

17 Januari 2011

Bukan Pekerja Biasa

Dr. Cai Ming Jie, seorang Ph.D. lulusan Stanford University, memutuskan untuk menjadi seorang sopir taksi setelah kehilangan pekerjaannya.

Dr. Cai Ming Jie tidak hanya berani menghadapi hidup dengan melakukan pekerjaan yang mungkin jauh dari impiannya, tetapi juga berusaha melakukan yang terbaik.

Ia mencatat pengalamannya sebagai sopir taksi dalam sebuah blog: A Singapore Taxi Driver's Diary. Itu menjadikannya bukan "sopir taksi biasa".

(Nabi) Yusuf juga pernah mempunyai pekerjaan yang bukan merupakan impiannya. Menjadi budak, jelas bukan cita-cita Yusuf, si anak orang kaya. Namun apa daya, ia dijual dan harus menjadi budak.

Pilihannya hanya dua. Sekadar menjadi budak atau menjadi budak yang baik. Dalam situasi sulit itu, Tuhan menyertai Yusuf. Penyertaan Tuhan menjadikannya budak yang tidak biasa. Ia menjadi budak yang "berkuasa".

Karena difitnah, Yusuf bahkan turun lebih rendah lagi. Ia menjadi narapidana. Namun kali ini pun, Tuhan tetap menyertai Yusuf, sehingga ia kembali menjadi bukan narapidana biasa, tetapi narapidana yang "berkuasa".

Andai Anda sedang berada di lingkungan pekerjaan yang bukan pilihan Anda, jangan bekerja sekadarnya. Jangan menjadi pegawai biasa. Guru biasa. Dokter biasa.

Percayalah, dunia bisa tidak adil terhadap Anda, tetapi Tuhan selalu adil. Kunci keberhasilan kita ada pada Tuhan, bukan pada dunia. Tanggung jawab kita bukan menuntut ini dan itu, tetapi berjalan bersama Tuhan dan bekerja sebaik-baiknya.

Tuhan akan memampukan kita memberi yang terbaik di tengah kondisi yang tak ideal sekalipun.

* * *

Sumber: e-RH, 17 Januari 2011 (diedit seperlunya)

Dibagikan oleh Paulus Herlambang.

==========


Artikel Terbaru Blog Ini