“Untung banjir di rumah saya cuma semata kaki, kalau lebih tinggi lagi tidak terbayang, pasti sudah habis semua.” “Untung tadi cuma nabrak becak, kalau nabrak truk bagaimana, mungkin sudah tinggal nama.”
Bahkan ketika ada seseorang yang kecelakaan dan meninggal dunia, masih saja banyak orang yang berkata, “Untung meninggal, kalau tidak tentu cacat seumur hidup.”
Begitulah konon bagi orang Indonesia, semuanya serba untung. Ini adalah sebuah sikap yang baik, sikap yang penuh dengan keoptimisan dan rasa syukur yang mendalam.
Tentu bagi kita, orang-orang beriman, ada alasan yang lebih baik mengapa kita selalu saja bersyukur. Bukan hanya kerena kita tidak mengalami kejadian yang lebih parah, namun karena kita yakin dan percaya bahwa di dalam segala sesuatu Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan.
Namun, mungkin ada di antara kita yang bertanya, “Apanya yang baik?” Peristiwa kesusahan atau musibah kok dibilang mendatangkan kebaikan?
Mari kita renungkan bersama, apa ada kebaikan di balik musibah? Oh tentu saja ada! Mungkin supaya kita lebih berserah kepada Tuhan, tidak cuma mengandalkan harta atau kemampuan kita.
Mungkin supaya kita lebih peka terhadap sesama yang menderita. Selama ini mungkin kita hanya sering mendengar orang mengungsi dari rumahnya karena banjir, gempa, atau bencana alam yang lain. Hanya sekadar mendengar, tetapi kita tidak mengalaminya sendiri.
Beberapa waktu yang lalu, saya harus terbaring lemah di sebuah rumah sakit, karena saya harus menjalani suatu operasi. Pada saat itu saya sempat bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, mengapa di saat saya sedang giat-giatnya melakukan pelayanan, kok saya malah sakit seperti ini?”
Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, saya mendapatkan sebuah pelajaran, bahwa hal tersebut baik untuk saya. Mengapa? Sebab sebagai seorang hamba Tuhan, yang salah satu tugasnya berkunjung ke rumah-rumah orang yang sakit, saya harus dapat berempati kepada mereka.
Dahulu sebelum saya sakit, mungkin saya hanya sekadar melihat dan bersimpati. Tetapi saat ini saya sudah mengalaminya sendiri bagaimana rasanya sakit, dan harus terbaring di rumah sakit selama beberapa hari, sehingga jika saya mengadakan perkunjungan ke orang-orang yang sakit, tentu empatinya akan lebih dalam lagi.
Selain itu, melalui peristiwa yang tidak mengenakkan kita, sebetulnya Tuhan ingin memperlihatkan berkat dan mukjizat-Nya bagi kita. Biasanya orang baru bisa merasakan nikmatnya makan setelah merasa kelaparan. Bisa merasakan nikmatnya manis setelah kita merasakan pahit, atau merasakan betapa penting dan berharganya sehat setelah mengalami sakit penyakit.
Coba kita bayangkan, seandainya hidup kita dipenuhi rasa manis terus, beruntung terus, berkecukupan terus, atau sehat terus; tentu semua itu kita rasakan biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa. Alhasil dalam hidup ini kita akan sulit mengungkapkan rasa syukur kita.
Untuk itulah, kita perlu mengamini bahwa di dalam segala sesuatu, termasuk juga di dalam penderitaan, Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. —Pdt. David Nugrahaning Widi
Sesungguhnya di balik segala sesuatu, termasuk musibah, terdapat hikmah dan pelajaran bagi mereka yang bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan.
* * *
Sumber: KristusHidup.org, 9/1/2013 (diedit seperlunya)
Judul asli: Allah Turut Bekerja
==========