13 November 2012

Kudus

Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata "kudus"? Sebuah kota di Jawa Tengah? Seseorang yang kerjanya hanya berdoa dan membaca firman Tuhan? Rohaniwan yang tidak terlibat dengan urusan bisnis dan politik? Benda atau makanan yang sudah didoakan?

Tanpa disadari, kita mungkin punya definisi sendiri tentang apa yang kudus dan tidak.


Nabi Musa menulis kata "kudus" berkali-kali untuk menggambarkan Pribadi dan kehendak Tuhan. Dalam bahasa Ibrani: qadosh, yang berarti "terpisah atau tidak bercampur dengan yang lain".

Berbicara tentang kekudusan Tuhan berarti berbicara tentang "keberbedaan"-Nya yang menggetarkan.

Seperti mainan kertas di hadapan orang yang membuatnya, kira-kira begitulah gambaran atlet terkuat, ilmuwan terpintar, pemimpin terhebat di mata Tuhan. Dia Pencipta, yang lain ciptaan. Tak bisa dibandingkan.

Tuhan yang kudus ini menghendaki umat-Nya mencerminkan pribadi-Nya. Bangsa-bangsa lain menyembah patung dan benda-benda angkasa, umat Tuhan harus menyembah Sang Pencipta. Mereka menentukan benar dan salah menurut standar sendiri, umat Tuhan harus hidup sesuai dengan standar Tuhan.

Seberapa banyakkah kita yang mengaku sebagai umat Tuhan mencerminkan kekudusan-Nya? Jika kita hanya mengasihi orang yang mengasihi kita, berbuat baik untuk dilihat orang, apa bedanya kita dengan orang yang belum percaya?

Kita dipanggil untuk hidup melampaui standar dunia yang sudah rusak oleh dosa. Mengasihi orang yang menyakiti kita. Melakukan segala sesuatu untuk dilihat Tuhan, bukan manusia. Ketika kita melihat betapa kudusnya Tuhan, seharusnya kita hidup secara berbeda. —LIT

Menjadi kudus berarti menjadi berbeda. Makin menyerupai Tuhan, bukan dunia.

* * *

Sumber: e-RH, 13/11/2012 (diedit seperlunya)

Judul asli: Qadosh

==========


Artikel Terbaru Blog Ini