Seorang lelaki tua berbaring di bawah pohon mangga di pekarangan rumahnya pada suatu sore. Matanya menjelajah pekarangannya yang cukup luas, yang ditanami beberapa pohon buah-buahan.
Matanya sampai pada pohon labu yang sedang berbuah. Melihat pemandangan itu ia berguman kepada diri sendiri, “Hmm, betapa bodohnya Tuhan. Ia menciptakan buah labu yang besar dan berat pada batang yang kecil dan lemah sehingga tidak dapat melakukan sesuatu kecuali tergeletak di tanah.”
“Sebaliknya Ia menggantung buah-buah mangga yang kecil ini pada sebatang pohon besar, kokoh, dan kuat yang bahkan dapat memanggul berat badan manusia. Seandainya aku Tuhan, aku akan dapat melakukan sesuatu yang lebih baik daripada yang telah dilakukan-Nya ini.”
Baru saja ia selesai bicara, angin bertiup dengan kencang dan menjatuhkan beberapa buah mangga dari pohonnya. Satu buah mangga jatuh tepat mengenai kepala lelaki tua itu. Dia pun berteriak kesakitan dan mendapati benjolan di kepalanya.
Kejadian ini membuatnya bersikap bijaksana. “Ah, seandainya pohon mangga ini berbuah sebesar labu, aku pasti…” Ia tidak berani meneruskan jalan pikirannya itu. Anda tentu bisa menebak kelanjutannya.
Sambil mengelus-elus benjolan di kepalanya dia berkata, “Aku tidak akan pernah lagi mencoba merancang dunia bagi Tuhan, tetapi aku akan selalu berterima kasih kepada Tuhan karena Ia telah merancang dunia sedemikian baik.”
Barangkali kita tertawa geli membaca cerita Tony Castle ini. Barangkali kita juga segera menghakimi: “Alangkah kurang ajarnya lelaki tua itu.”
Tetapi, barangkali pula secara tidak sadar atau secara tidak langsung kita juga pernah, bahkan mungkin sering, bersikap seperti lelaki tua itu: mengeluh, menggerutu, menyalahkan Tuhan atas apa yang telah dilakukan-Nya atau karena peristiwa yang diizinkan-Nya terjadi dalam hidup kita.
“Mengapa begini, seharusnya kan begitu,” pikir kita. Tetapi, dengan berbuat demikian bukankah kita hendak mengatur Tuhan?
Kita memang tidak akan pernah bisa memahami kebijaksanaan Tuhan. Tetapi asal kita yakin bahwa segala sesuatu yang dijadikan-Nya sungguh amat baik, maka kita akan dapat berkata, “Kita tahu sekarang, bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya.” —Liana Poedjihastuti
Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan.
* * *
Sumber: KristusHidup.com, 31/10/2012 (diedit sedikit)
==========