Kita tentu sepakat bahwa kehidupan yang dijalani oleh setiap manusia di dunia ini tidak selamanya berjalan mulus dan menyenangkan.
Ibaratnya seperti roda, terkadang berada di atas – saat kita mengalami berbagai hal yang menyenangkan seperti keberhasilan ataupun kebahagiaan. Tetapi, adakalanya juga kita berada di bawah – saat kita mengalami sakit, dukacita, ataupun kegagalan.
Namun demikian, itulah yang dinamakan kehidupan, yaitu penuh dengan lika-liku. Sehingga, seharusnya manusia pantang untuk menganggap posisi yang satu lebih baik daripada posisi yang lain, sebab jika tidak ada yang satu di antara yang lain, hidup akan menjadi hambar.
Ibaratnya kalau kita terus-menerus minum minuman yang manis, belum pernah merasakan minuman yang tawar, asam, asin, ataupun pahit, bukankah minuman yang manis tersebut akan terasa biasa saja dan tidak ada istimewanya sama sekali?
Demikian pula dengan kehidupan ini. Jika kita terus berada dalam posisi yang menyenangkan, tanpa pernah sedikit pun mengalami masa-masa sulit dan penuh penderitaan, bukankah kesenangan yang kita dapatkan tersebut menjadi hambar rasanya?
Sebaliknya, jika suatu saat kita diperhadapkan pada masa-masa sulit dan berat, kemudian suatu saat kita mengalami masa-masa yang menyenangkan, bukankah masa-masa menyenangkan tersebut menjadi indah sekali?
Oleh sebab itu, marilah kita senantiasa hidup dalam ucapan syukur. Ya, ucapan syukur dalam segala hal, sebab orang yang senantiasa bersyukur, pasti mampu menghargai kebahagiaan sekecil apa pun di dalam hidupnya.
Ia pasti tidak akan pernah berhenti berusaha untuk berbuat sesuatu, manakala ia mengalami kegagalan atau kesedihan sekalipun. Dengan demikian, maka hidup yang dijalani pasti penuh makna, karena hidupnya dipenuhi dengan ketenteraman dan kebahagiaan.
Sebuah kalimat bijak berbunyi, “Mengucap syukur dalam segala hal adalah sangat dikehendaki dan diperkenan oleh Tuhan.” —Pdt. David Nugrahaning Widi
* * *
Sumber: KristusHidup.com, 27/4/12 (diedit seperlunya)
Judul asli: Mengucap Syukurlah
==========