Tahukah Anda bagaimana seorang pengrajin perak memurnikan perak dari lempengan perak biasa menjadi lempengan yang indah dan bernilai? Untuk memurnikan dan menahirkan perak, logam tersebut harus dipanaskan dalam perapian dengan suhu yang sangat tinggi. Ini dimaksudkan agar bagian-bagian yang tidak diperlukan dapat dibuang dan yang tersisa hanya perak murni.
Seorang tukang perak harus duduk selama proses pemurnian. Namun, ia bukan duduk santai melihat perak yang dibakar. Ia duduk persis di dekat perapian sambil memegang perak yang dipanaskan dengan bantuan penjepit. Ia harus berjaga memerhatikan dengan saksama proses yang sedang berlangsung di depan matanya dan bersiap-siap menarik perak tersebut jika telah selesai. Sedikit saja ia terlambat, perak tersebut bisa hancur.
Kehidupan kita juga serupa seperti perak yang sedang dimurnikan. Kita harus melewati proses yang tidak selalu menyenangkan, bahkan cenderung membuat kita merasa tidak nyaman. Namun, seperti tukang perak yang duduk di dekat perapian sambil "memegang" peraknya, demikianlah Tuhan menjaga kita agar melewati setiap proses dengan baik dan tidak sampai hancur.
Kadang kita memang bertanya, "Sampai kapan, Tuhan?" Bagi seorang tukang perak, sangat mudah mengetahui jika peraknya sudah benar-benar murni, yaitu ketika ia dapat melihat wajahnya tercermin dari logam yang sedang dibakarnya. Demikian juga, dalam setiap proses yang kita alami, Tuhan memastikan bahwa hanya Dia yang tercermin dalam kehidupan kita.
TUHAN MURNIKANLAH SAYA SAMPAI HANYA TUHAN YANG TERCERMIN MELALUI HIDUP SAYA.
* * *
Sumber: e-RH, 21 Januari 2011 (diedit seperlunya)
Dibagikan oleh Paulus Herlambang.
==========