24 Februari 2013

99 Balon

Dua bulan sebelum lahir, Eliot Mooney divonis menderita Edwards Syndrome, penyakit yang tak memungkinkannya untuk lahir selamat. Orangtuanya berdoa memohon mukjizat, dan Eliot pun lahir.

Namun, kondisinya memprihatinkan: paru-parunya tak berkembang sempurna, jantungnya berlubang, dan DNAnya memberi informasi keliru pada setiap sel tubuhnya.

Setelah dua minggu, Eliot diizinkan pulang dengan tiga peralatan medis menempel di tubuhnya, termasuk tabung oksigen dan selang untuk memasukkan susu.

Eliot Mooney

Eliot kecil bertahan dan bertumbuh walaupun tak secepat anak seusianya. Sebulan, dua bulan, tiga bulan. Uniknya, orangtua Eliot merayakan "ulang tahun"-nya setiap hari. Sebab, satu hari saja merupakan perjuangan berat baginya untuk hidup.

Maka, setiap hari mereka merayakan kemenangannya. Hingga akhirnya, pada hari ke-99, Eliot meninggal dunia. Pada hari pemakamannya, 99 balon dilepaskan – masing-masing mewakili ucapan syukur atas setiap hari yang berhasil dilalui Eliot di bumi.

99 balon dilepaskan pada hari pemakaman Eliot Mooney.

Ketika (Nabi) Ayub mengalami penderitaan yang sangat berat, kematian membayanginya. Ia disadarkan betapa fana hidup manusia. Namun, Ayub berkata bahwa selama Tuhan masih memberinya hidup, ia akan terus berharap. Dan, bila kelak waktunya tiba, ia akan bahagia karena itu berarti Tuhan merindukannya untuk pulang!

Sudahkah kita mensyukuri setiap hari yang Tuhan beri? Mensyukuri hidup kita dan orang-orang di sekitar kita? Jangan membuang satu hari pun untuk hal yang sia-sia. Selama kesempatan ada, hiduplah maksimal bagi Dia. —Agustina Wijayani

Bila Engkau menambah hari-hari dalam hidup kami, biarlah nama-Mu semakin ditinggikan lewat diri ini.

* * *

Sumber: e-RH, 22/2/2013 (diedit seperlunya)

==========

22 Februari 2013

Jawaban Doa

Seorang anak meminta kepada ayahnya sebuah tanaman bunga cantik untuk menghias taman di depan rumahnya. Namun, betapa kecewanya ia, sebab sang ayah malah memberinya kaktus yang berduri, bukan bunga cantik.

Bentuknya tak menarik, bahkan duri di seluruh permukaannya bisa mudah melukai. Walau demikian, karena kasihnya kepada sang ayah, anak itu tetap menerimanya. Ia memelihara kaktus itu.

Setelah beberapa waktu, muncul sepucuk bunga mungil nan cantik di ujung kaktusnya. Ia tak menyangka bahwa dengan bersabar, ia kini mendapati keindahan bunga yang diidamkannya.


Ketika kita memanjatkan doa kepada Tuhan, terkadang kita juga mendapat jawaban doa yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Bisa jadi jawaban doa yang kita terima justru sangat berbeda dengan apa yang kita pikir akan kita peroleh.

Bahkan, Tuhan sepertinya malah memberi kita hal yang sulit atau buruk di mata kita. Ketika menerimanya, bisa jadi kita merasa sangat kecewa. Akan tetapi, pemazmur mengatakan, “Asal tak ada niat jahat di hati kita, Tuhan memerhatikan dan tidak menolak doa kita, sekalipun jawaban yang kita terima berbeda.” (Mazmur 66:18-20)

Yang perlu kita yakini adalah, Tuhan tidak pernah salah menjawab doa kita. Meski kadang Tuhan mengabulkan doa dan permohonan kita dengan cara yang unik, atau tidak serta merta menjawab doa dan mengabulkan permintaan kita; kita perlu percaya Dia tidak akan memberi hal buruk kepada kita.

Jika jalan-Nya berbeda, Dia selalu punya tujuan yang lebih baik. Setiap hal yang dipercayakan kepada kita, adalah jembatan menuju berkat dan sukacita yang sejati. —SR

Tuhan tak selalu memberi apa yang kita minta, tetapi percayalah Dia memberi yang tepat bagi kita.

* * *

Sumber: e-RH, 7/5/2011 (diedit seperlunya)

Judul asli: Bunga atau Kaktus?

==========

12 Februari 2013

Racun Tikus

Ada berbagai jenis racun tikus. Salah satunya berbentuk seperti makanan bagi tikus. Si binatang pengerat, yang mengira benda itu adalah makanan enak, akan memakannya tanpa curiga.

Beberapa jam kemudian, racun yang terkandung di dalam "makanan" itu akan bekerja dan membunuh si tikus dari dalam.

racun tikus

Cara kerja dosa mirip dengan cara kerja racun tikus tersebut. Pada awalnya tampak nikmat dan menggoda, tetapi kemudian menghancurkan hidup kita.

Itulah yang terjadi pada Adam dan Hawa di Taman Eden. Meskipun Tuhan sudah melarang mereka, Hawa tergoda untuk menikmati ‘buah pengetahuan’ karena buah itu terlihat sedap.

Godaan ini terasa lebih kuat lagi karena si ular berkata bahwa buah tersebut akan membuatnya mengerti hal-hal yang tersembunyi, yang hanya diketahui oleh Tuhan.

Hawa (dan kemudian Adam) pun akhirnya tergoda dan melanggar larangan Tuhan dengan mencicipi buah itu. Akibatnya, Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden dan menanggung kutukan Tuhan.

Adam dan Hawa

Dosa memang sangat menggoda pada awalnya, tetapi konsekuensinya selalu buruk bagi hidup kita. Menjadi kaya dengan korupsi memang menggoda, tetapi konsekuensi hukumnya berat.

Berselingkuh memang menggoda, tetapi akan menghancurkan keluarga kita. Bolos sekolah untuk bermain memang menggoda, tetapi dapat merusak masa depan kita.

Karena itu, penting bagi kita untuk menjaga diri agar tidak tergoda oleh dosa. Anugerah-Nya menyadarkan kita akan parahnya konsekuensi dosa dan memampukan kita untuk menolak godaannya. —Alison Subiantoro

Sebuah lubang kebocoran dapat menenggelamkan kapal, sebuah dosa dapat menghancurkan kehidupan orang percaya. ~John Bunyan

* * *

Sumber: e-RH, 12/2/2013 (diedit seperlunya)

==========

10 Februari 2013

Rasa Cukup

Ada bermacam cara untuk menjerat burung. Anda dapat menempatkan jontrot atau burung pemikat di dalam kandang bertingkat dua dengan pintu terbuka. Jontrot biasanya burung yang “sudah jadi” alias rajin berkicau.

Anda juga dapat memakai pulut (getah nangka) dan jontrot. Cara lainnya dengan merentangkan jaring ikan di antara pepohonan. Namanya burung, mereka tidak pernah sadar jika itu perangkap.

perangkap burung

Sebuah nasihat bijak mengatakan agar kita memiliki “dua rasa cukup”. Rasa cukup atas ibadah kita, dan rasa cukup atas terpenuhinya kebutuhan kita.

Mereka yang tidak memiliki rasa cukup akan mengejar dan menginginkan hal-hal lain untuk memuaskannya. Saat itulah orang dapat jatuh ke dalam jerat godaan dan berbuat jahat. Jerat dalam bahasa aslinya berarti suatu perangkap yang tidak diduga-duga.

Godaan datang dengan sangat halus. Menyamarkan keinginan sebagai kebutuhan —kebutuhan akan makan, rumah, pakaian, kasih sayang— sehingga kita merasa sudah semestinya mendapatkannya. Dan, seperti burung yang lengah, kita pun terperangkap.

Untuk menangkalnya, kita perlu mengembangkan rasa cukup tadi. Ibadah yang cukup adalah ibadah yang melegakan batin, menerangi hidup, menolong kita untuk mengenali godaan, dan menjadikan kita manusia ilahi.

Sehubungan dengan kebutuhan sehari-hari, rasa cukup terwujud dalam rasa puas atas apa yang kita miliki, dan berusaha mendayagunakannya dengan cara-cara yang selaras dengan panggilan kita sebagai umat Tuhan. —Martinus Prabowo

Dalam rasa cukup, kita mensyukuri anugerah dan jaminan pemeliharaan Tuhan setiap hari.

* * *

Sumber: e-RH, 10/2/2013 (diedit seperlunya)

==========

06 Februari 2013

Melatih Iman

Saya punya teman yang senang berolahraga bela diri. Dia sudah mencapai tingkat tertinggi dan menyandang sabuk hitam. Untuk mencapainya, sudah barang tentu ia harus rela babak belur ketika berlatih. Tak ayal ia mengalami benturan, pukulan, hajaran.

Latihan-latihan berat ini berguna sekali untuk melatih ketahanan, ketangkasan, dan kepekaannya dalam menerima serangan. Semakin tinggi tingkatan yang hendak dicapai, semakin berat pula latihan yang harus dijalani.


Ketika kita menghadapi masalah yang bertubi-tubi dalam hidup kita, sering kali kita merasa masalah itu seolah-olah hendak meremukkan kita dengan hajaran, pukulan, bahkan benturan yang membanting-banting emosi kita.

Masalah yang datang silih berganti itu seperti tidak memberikan jeda bagi kita untuk bernapas lega atau sedikit santai menjalani hidup.

Tuhan ingin kita bertekun dalam setiap penderitaan yang tengah kita hadapi. Dengan bertekun, kita mengembangkan kehidupan iman yang tahan uji, dan iman yang tahan uji ini menimbulkan pengharapan yang tidak mengecewakan.

Selama kita hidup dan bernapas, kita akan selalu menemui masalah yang harus kita hadapi dan selesaikan. Masalah itu adalah pelatihan bagi “otot iman” kita agar semakin kuat, dan menjadi sarana bagi Tuhan untuk menunjukkan kasih-Nya, sehingga kita semakin mengenal dan mengasihi-Nya.

Selain itu, kita akan semakin terampil dalam menjalani hidup dan dinamikanya. —Riris Ernaeni

Masalah dan tantangan hidup adalah ajang latihan untuk mengembangkan dan memperkuat otot iman.

* * *

Sumber: e-RH, 6/2/2013 (diedit seperlunya)

==========


Artikel Terbaru Blog Ini