26 Desember 2012

Godaan Rasio

Ada satu jenis godaan yang mungkin jarang kita dengar, yaitu godaan rasio. Godaan ini berupa suara lembut yang mendorong kita untuk bertindak berdasarkan rasio. Padahal adakalanya Tuhan menghendaki kita untuk bertindak dengan iman, yang bisa saja bertolak belakang dengan rasio kita.

Saat kita dihadapkan pada situasi untuk bertindak dengan iman, sebenarnya itu merupakan kesempatan bagi kita untuk melihat kuasa dan mukjizat Tuhan dinyatakan dalam hidup kita.

Ketika murid-murid Yesus diminta untuk mengumpulkan makanan guna memberi makan lima ribu orang, mereka hanya mendapat lima roti dan dua ikan.


Dalam kondisi demikian, sebenarnya mereka bisa mudah tergoda untuk tidak taat dengan tidak menyerahkan makanan yang sedikit itu. Toh, mustahil sedikit makanan itu bisa mencukupi makan lima ribu orang.

Gampang sekali bagi Andreas (murid yang menerima makanan dari seorang anak kecil) untuk mengembalikan lima roti dan dua ikan itu kepada si anak dan berkata, "Nih, ambil kembali saja. Sebab tidak akan cukup untuk memberi makan orang sebanyak ini." Namun bersyukur, mereka tak tergoda untuk memakai rasio.

Tuhan yang mahakuasa, bisa bekerja dalam berbagai ketidakmungkinan. Walau ini tentu melatih iman dan percaya kita kepada-Nya. Inilah alasan mengapa terkadang Dia mengizinkan kita mengalami masalah-masalah yang sangat sulit diselesaikan oleh rasio manusia.

Mungkin saat ini kita sedang mengalami hal itu. Rasio kita sudah membisikkan kata tidak mungkin, tidak bisa, tidak sanggup, dan sebagainya.

Rasio dan iman percaya harus diterapkan dalam ketundukan pada Tuhan, sehingga tidak membatasi kuasa serta mukjizat Tuhan bekerja di dalam dan melalui hidup kita. —PK

Akal dan rasio kita begitu kecil dibandingkan dengan kemahakuasaan Tuhan.

* * *

Sumber: e-RH, 5/4/2011 (diedit seperlunya)

==========

24 Desember 2012

Usaha yang Keliru

Pernahkah Anda berandai-andai bahwa hidup Anda akan lebih baik jika hal-hal tertentu Anda miliki?

“Andai aku memiliki pekerjaan tertentu ... andai aku punya banyak uang ... andai aku menemukan orang yang tepat ... andai aku dikaruniai tubuh yang indah ... andai jabatanku naik ...”

Ini adalah pergumulan semua orang. Kita berusaha mencari sesuatu yang akan menyempurnakan hidup kita, yang akan membebaskan kita dari segala belitan masalah.


Bagaimana kita menanggapi firman Tuhan yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang kita perlukan untuk hidup ini sudah dikaruniakan kepada kita?

Mungkin itu membuat kita bertanya-tanya, “Tuhan, aku sudah lama mengikut-Mu, mengapa aku merasa hidupku masih begini-begini saja?”

Masalahnya mungkin terletak pada definisi kita tentang hidup. Firman Tuhan menjelaskan bahwa hidup yang berhasil itu tidak ada hubungannya dengan tren dunia, tetapi bagaimana kita dibentuk makin serupa dengan kodrat ilahi.

Keberhasilan adalah makin siap menjadi warga kerajaan kekal dari Tuhan sendiri. Dan oleh kasih karunia Tuhan, semua yang kita butuhkan untuk itu telah disediakan. Seharusnya kita mengejar hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup ini.

Mungkinkah selama ini kita mencari kebahagiaan di tempat yang keliru? Kita mencarinya dalam pekerjaan kita, dalam diri pasangan kita, atau sosok pemimpin kita, dalam kepemilikan harta benda kita, dalam pencapaian, bahkan dalam kecanduan kita.

Segala sesuatu yang dibutuhkan untuk hidup yang berhasil (sesuai definisi ‘keberhasilan’ di atas) telah disediakan oleh Tuhan. Sudahkah Anda datang kepada-Nya? —JOE

* * *

Sumber: e-RH, 24/12/2012 (diedit seperlunya)

==========

23 Desember 2012

Rahasia Selalu Bersukacita

Seseorang diberi dua kotak oleh Tuhan, yang satu berwarna hitam dan satunya lagi berwarna emas. Ke dalam kotak hitam, Tuhan memintanya untuk memasukkan segala kesedihan dan masalahnya. Sedangkan segala sukacita dan pengalaman menyenangkan dimasukkan ke kotak emas.

Setelah sekian waktu, ia heran. Kotak emasnya bertambah berat, sementara kotak hitamnya tetap saja ringan. Penasaran, orang itu membuka kotak hitamnya. Ternyata ada lubang di dasar kotak itu, sehingga setiap hal yang ia masukkan tak tersimpan.

Ketika ia menanyakannya kepada Tuhan, Dia menjawab, "Agar kau selalu menghitung berkatmu, dan melupakan segala kepedihanmu."


Hati dan perasaan kita bisa diguncang oleh berbagai emosi dalam hari-hari yang kita jalani: susah, cemas, takut; sebab banyak persoalan menimpa kita secara pribadi.

Akan tetapi, firman Tuhan meminta kita agar selalu bersukacita. Bagaimana bisa? Kuncinya: bersukacita di dalam Tuhan.

Apa yang kita rasakan tidak selalu hal yang mendatangkan sukacita, tetapi Tuhan meminta kita agar memilih sikap tetap bersukacita, dengan menghitung berkat-berkat yang kita terima. Dia telah memberi kita begitu banyak kemurahan – tidak saja untuk hidup di dunia, tetapi juga sampai kekekalan.

Kita juga dapat meraih sukacita di dalam Tuhan dengan berbuat kebaikan, sebab dengan memberkati orang lain, kita jadi sadar bahwa kita punya berkat lebih.

Pula dengan tidak khawatir, sebab semua yang kita perlu pun, boleh kita minta kepada Tuhan.

Kiranya damai sejahtera dari Tuhan yang melampaui akal dan melampaui segala emosi yang bisa menyerang, memampukan kita untuk tetap bersukacita. —AW

Tuhan memampukan kita menang atas kesusahan melalui penyertaan-Nya yang tiada berkesudahan.

* * *

Sumber: e-RH, 29/3/2011 (diedit seperlunya)

Judul asli: Bersukacita Selalu

==========

21 Desember 2012

Ramalan Hari Kiamat

Dikisahkan, suatu hari pada tahun 1780, kegelapan misterius menyelimuti negara bagian Connecticut, Amerika Serikat. Semua orang berpikir bahwa hari kiamat telah tiba.

Saat itu sedang berlangsung rapat Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam kegelapan, suara para anggota dewan terdengar meminta penangguhan sidang, agar mereka bisa pulang dan menunggu datangnya kiamat bersama keluarga mereka.


Tetapi, ketua dewan, Kolonel Abraham Davenport, memberikan sebuah pidato singkat, katanya: “Entah sekarang ini adalah hari kiamat atau tidak. Jika tidak, kita tidak perlu menunda sidang ini. Tetapi, jika ini adalah hari kiamat, aku lebih suka didapati sedang melaksanakan tugasku. Jadi, aku minta agar lilin dipasang.”

Ramalan tentang hari kiamat telah lama ada, dan sampai saat ini ramalan itu tidak pernah terbukti. Yang paling heboh adalah ramalan kiamat yang konon akan terjadi pada hari ini, 21 Desember 2012.

Dipicu oleh kalender hitungan panjang suku Maya, lalu diikuti oleh sejumlah ramalan lain. Ada pula yang mengartikan sebagai akan jatuhnya planet X atau planet Nibiru, menghantam planet Bumi kita yang akan meninggalkan kerusakan mahadahsyat.

Menarik apa yang dilakukan oleh Kolonel Davenport. Ia tetap bekerja. “Berbahagialah hamba yang setia dan bijaksana, yang didapati tuannya sedang melakukan tugasnya, ketika tuannya datang.” —Liana Poedjihastuti

* * *

Sumber: KristusHidup.org, 21/12/2012 (dipersingkat)

Judul asli: Siap untuk Hari Tuhan

==========

19 Desember 2012

Pintar tetapi Tidak Berhikmat

Pria Rusia yang satu ini mengerikan sekali. Anatoly Moskvina, berusia 45 tahun, adalah kolektor 29 mayat yang sudah dibuat mumi dan diberi pakaian layaknya boneka beruang Teddy Bear di apartemennya, di kota sungai Volga.

Ia menggali mayat itu dari beberapa kuburan. Mayat yang dicari berjenis kelamin perempuan, berusia 15-26 tahun. Apakah Anatoly termasuk orang yang sakit jiwa?

boneka mumi

Sisi lain kehidupannya, ternyata dia adalah seorang ahli sejarah yang menguasai 13 bahasa asing. Apa komentar Anda?

Kepandaian bahkan kegeniusan seseorang tidak menjamin bahwa orang itu berkepribadian utuh dan sempurna. Apa yang membuat orang tidak berkepribadian utuh?

Manusia diberi akal budi, namun bukan untuk meniadakan Tuhan. Gunung dibongkar, dibuat terowongan, dan mata manusia tertuju pada benda yang berharga (tambang emas). Inilah pintarnya manusia berhadapan dengan alam dengan tangannya yang lemah.

Pada zaman ini makin banyak orang yang tergolong ahli, profesional, genius, tetapi ada di antaranya yang tidak bisa lagi melihat kebesaran Tuhan. Hati-hati dengan generasi anak-anak Anda di zaman yang serba canggih ini. Apakah Anda sudah menyediakan porsi rohani yang seimbang dengan hal-hal yang lain?

Penemuan hebat bukan karena hebatnya manusia. Kalau air bisa dibendung (bendungan), barang yang tersembunyi bisa diangkat keluar (tambang bawah tanah). Benarkah semua itu karena kepandaian manusia semata?

Tuhan mempunyai maksud memberi akal budi sehingga manusia bisa melakukannya. Tetapi yang hebat adalah Tuhan yang hingga zaman ini masih terus memakai manusia untuk melaksanakan karya-Nya yang spektakuler.

Carilah hikmat Tuhan lebih daripada kepandaian. Anatoly, kolektor mayat itu tergolong genius, tetapi bisa jadi dia tidak memiliki hikmat dari Tuhan. Buktinya, mayat dikoleksi dan menganggap biasa hidup dengan barang-barang yang tidak lazim itu di tiga apartemennya.

Hanya hikmat Tuhan yang membuat orang menjadi seimbang dalam inteligensi dan spiritualitas kehidupannya. Buanglah sisi kehidupan yang aneh bila ada dalam hidup Anda. —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Mengoleksi sesuatu yang tidak lazim dalam hidup ini, menandakan ada sisi lain yang kosong namun kita biarkan.

* * *

Sumber: KristusHidup.org, 19/12/2012 (diedit seperlunya)

Judul asli: Pintar, tetapi...

==========

14 Desember 2012

Dunia Bukan Rumah Kita

Seorang duta besar diutus ke sebuah negara yang sangat berbeda dari negara asalnya. Berbulan-bulan lamanya ia harus beradaptasi dengan bahasa dan budaya setempat.

Namun, bayangkan jika ia menjadi begitu terpikat dengan nilai-nilai dan tradisi negara tersebut. Lalu ia mulai menganggap negara itu sebagai negaranya sendiri.

Apakah ia masih dapat menjalankan tugasnya sebagai duta besar sebagaimana mestinya? Bisa jadi ia tidak lagi objektif dan tak lagi berpihak pada kebijakan negara asalnya.

Bahaya yang sama bisa terjadi pada orang-orang percaya. Karena tinggal di dalam dunia, hati kita bisa begitu melekat pada berbagai hal di dalamnya.


Di sini kita tidak sedang menuding suatu gaya hidup tertentu, penampilan tertentu, atau kepemilikan harta dalam jumlah tertentu.

Kita sedang berbicara tentang kondisi hati saat umat Tuhan menanggapi apa yang ada di sekitarnya. Kondisi hati yang menganggap bahwa apa yang ditawarkan dunia jauh lebih baik daripada apa yang ditawarkan oleh Tuhan. Anggapan yang keliru!

Dunia yang hanya sekelumit dari ciptaan Tuhan, tidak akan bertahan. Apa yang disediakan Sang Pencipta bagi masa depan umat-Nya jelas jauh lebih baik dan terjamin. Dunia ini bukanlah rumah kita.

Tidak ada salahnya menikmati hal-hal baik yang Tuhan sediakan selama kita hidup di dunia. Namun, entah itu musik, film, teknologi, pakaian, jabatan, atau yang lain, ketika itu mulai menjadi tuntutan hidup, dan kebahagiaan kita bergantung pada terpenuhinya tuntutan tersebut, waspadalah!

Itu berarti kita sedang mengasihi dunia lebih dari Tuhan, dan kita pasti akan kehilangan hal-hal terbaik dari-Nya. —ITA

Kita tidak diutus ke tengah dunia untuk menyerupai dunia, tetapi untuk menunjukkan bahwa Tuhan lebih berharga dari semuanya itu.

* * *

Sumber: e-RH, 14/12/2012 (diedit seperlunya)

==========

13 Desember 2012

Mengukur Kefasikan

Siapa sih orang fasik itu? Pertanyaan menarik itu terlontar dalam sebuah pertemuan di kantor. Apakah orang fasik sama dengan orang yang tidak percaya Tuhan? Apakah orang fasik identik dengan orang jahat? Apakah ada orang beragama yang bisa disebut fasik?

Pada dasarnya orang fasik adalah orang yang congkak, merasa ia tahu apa yang baik. Hukum-hukum Tuhan tidak relevan baginya. Ia melakukan segala sesuatu sesuai dorongan hatinya, tanpa berpikir tentang apa yang menjadi kehendak Tuhan, apa yang memuliakan Tuhan, bagaimana ia harus bergantung kepada Tuhan.


Ia bukan orang yang ateis, tetapi ia hidup seolah-olah Tuhan tidak ada, tidak melihat, dan tidak akan menuntut pertanggungjawaban atas hidupnya. Dalam bagian-bagian tertentu di Kitab Suci kita bisa melihat bahwa para pemimpin rohani pun bisa terjebak dalam dosa kefasikan.

Seberapa sering kita berpikir tentang Tuhan dan kehendak-Nya dalam menjalani hidup? Kita bisa beribadah beberapa jam lalu melanjutkan hidup seolah-olah Dia tidak melihat. Kita bisa melakukan banyak hal yang baik tanpa memikirkan Tuhan sama sekali.

Kita jarang berpikir tentang tanggung jawab kita kepada Pencipta kita dalam bekerja. Kita merasa cukup baik karena tidak melakukan dosa-dosa besar. Kita tidak tertarik membangun relasi yang intim dengan Tuhan.

Dalam derajat tertentu, kita pun bisa berlaku fasik, sehingga pola pikir dan perilaku kita tidak banyak berbeda dengan orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Kefasikan memberi ruang bagi dosa-dosa lain untuk bertumbuh. Waspadalah! —ELS

Hindarkan diri dari kefasikan dengan menyadari bahwa Tuhan hadir dan terlibat dalam hidup kita setiap hari.

* * *

Sumber: e-RH, 13/12/2012 (diedit seperlunya)

==========

12 Desember 2012

Alih Fungsi Trotoar

Seorang penulis di rubrik pikiran pembaca mempermasalahkan trotoar. Trotoar di banyak kota di Indonesia sudah beralih fungsi dari tempat pejalan kaki menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima.

Penulis itu mengusulkan alternatif agar kata trotoar dalam Kamus Bahasa Indonesia diubah artinya, atau trotoar benar-benar dikembalikan kepada fungsinya.


Bukan hanya trotoar saja yang mengalami alih fungsi, hidup kita pun demikian. Seharusnya sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, kita menggunakan tubuh kita untuk hidup dalam kebenaran, bukan untuk melakukan perbuatan dosa.

Milikilah prinsip hidup yang jelas. Ketidakjelasan tentang apa yang menjadi pegangan hidup kita memudahkan kita dikuasai oleh kekuatan-kekuatan yang bukan dari Tuhan.

Menjadi orang percaya tidak berada dalam posisi “netral”. Kita sudah menjadi milik Tuhan dan hidup kita berada dalam kekuasaan-Nya.

Kadangkala kita baru bersikap tegas setelah hidup ini terguncang masalah. Ucapan yang sering muncul adalah: “Kalau sudah begini, tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada Tuhan.”

Manusia berbeda dengan binatang. Manusia tidak diberi ‘alat’ untuk bertahan dari serangan. Gajah mempunyai belalai, kijang bertanduk, ular berbisa, bahkan nyamuk yang kecil bisa membuat manusia kena demam berdarah dan meninggal.

Semua itu menunjukkan betapa mudahnya kita di-“jajah” oleh kekuatan lain. Binatang bisa dihadapi, tetapi manusia terkadang tidak punya kuasa untuk mengatakan “TIDAK” terhadap dosa.

Kita bukan seperti trotoar yang “diam” ketika dialihfungsikan dari tempat pejalan kaki menjadi tempat jualan pedagang kaki lima.

Kita memiliki senjata kebenaran. Istilah ini dipakai untuk menunjukkan bahwa kita punya sesuatu yang hebat dari Tuhan untuk melawan semua yang tidak benar.

Senjata —bukan cangkul, bukan martil— merupakan perlengkapan seorang prajurit yang siap tempur. Masih adakah senjata kebenaran di dalam hidup Anda yang benar-benar dapat digunakan? ~Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Senjata untuk melawan dosa bukan cuma hidup tidak berdosa, tetapi senjata kebenaran yang dapat mematahkan ketidakbenaran.

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 12/12/2012 (diedit seperlunya)

Judul asli: Trotoar

==========

09 Desember 2012

"Kacamata" Tuhan

Saat kita melihat apa yang terjadi di dunia ini, bisa jadi kita merasa seolah-olah Tuhan tidak adil. Mengapa? Sebab Tuhan sepertinya membiarkan ketidakbenaran merajalela. Orang jahat bisa bebas melakukan kejahatan tanpa terkena hukuman. Itulah yang akan kita lihat jika melihat dunia dari "kacamata" kita.


Seorang pemazmur pernah mengalami hal yang sama. Ia melihat bahwa orang fasik* hidup dengan makmur dan sukses. Sedangkan dirinya, malah tidak demikian.

Itu membuatnya berpikir bahwa mempertahankan hidup benar adalah hal yang sia-sia. Namun semuanya berubah tatkala ia memandang hal tersebut dari sudut pandang Tuhan.

*Catatan: Orang fasik adalah orang yang percaya kepada Tuhan, tetapi tidak mengamalkan perintah-Nya, bahkan melakukan perbuatan dosa.

Kesudahan orang fasik yang diperlihatkan kepadanya, sungguh mencelikkan mata. Membuatnya sadar bahwa hal paling berharga dalam dirinya adalah Tuhan sendiri, bukan hal-hal fana seperti yang dikejar orang fasik.

Hanya Tuhan yang menjaminnya masuk dalam kemuliaan kekal, bukan kemakmuran duniawi apa pun. Itu sebabnya ia mengatakan bahwa yang ia ingini di bumi dan di surga hanyalah Tuhan.

Mari lihatlah segala sesuatu dari "kacamata" Tuhan, sehingga kita dapat melihat kebenaran yang sesungguhnya. Tidak perlu kita mengingini hal-hal yang dicapai orang lain secara tidak benar. Sebab, keadilan Tuhan tidak dapat dipermainkan oleh manusia.

Dengan demikian, jangan berhenti untuk selalu hidup dan berlaku benar di hadapan Tuhan. Walau ganjarannya tak segera tampak. Ingatlah bahwa Tuhan memberi kesudahan hidup setiap manusia sesuai dengan kebenaran yang dihidupinya. Ganjaran-Nya selalu adil. —RY

Kiranya hidup kita tak mengejar yang fana saja. Kejarlah Tuhan sebagai harta yang paling berharga.

* * *

Sumber: e-RH, 25/3/2011 (diedit seperlunya)

==========

08 Desember 2012

Akhirnya Bahagia

Tandem Felix yang artinya “Akhirnya Bahagia”, merupakan tulisan di sebuah batu nisan dari seorang fisikawan dunia bernama Andre Marie Ampere, penemu satuan ukuran arus listrik yang disebut ampere. Tulisan tersebut sangat tepat untuknya mengingat hampir seluruh hidupnya selalu menderita batin.

Ia lahir tanggal 20 Januari 1775 di Lyon, Prancis dan meninggal dunia pada usia 61 tahun. Kesedihan itu berawal pada tahun 1793 atau tepatnya ketika ia berusia 18 tahun.

Ketika itu pertempuran di Kota Lyon sedang terjadi, di mana pendukung raja berperang melawan pendukung republik. Dan kekalahan dialami oleh pendukung raja. Pada kejadian itu ayah Ampere ditangkap dan kepalanya dipenggal dengan pisau guillotine.

Penderitaannya sepertinya hilang ketika dia menikah pada usia 24 tahun dan dikaruniai seorang anak laki-laki. Hari-hari yang dilaluinya saat itu sangat menyenangkan dan indah. Tetapi, tampaknya kesedihan masih menghantui Ampere. Hal itu terbukti dengan kematian istrinya 4 tahun setelah anaknya lahir.

Kesedihan kali ini adalah penderitaan terbesar bagi hidup Ampere dan menjadikan dirinya sebagai orang yang murung dan hampir tidak mempunyai semangat hidup lagi. Untunglah pada saat ia berada dalam kondisi yang lemah itu, datang seorang ahli musik Prancis yang sangat terkenal, Lalande, yang dapat memberikan kehidupan baru baginya.

Pada hari-hari terakhir usianya, ia masih tetap memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan dalam bidang statistik, kimia, mekanika, kristalografi, dan optika.

Andre Marie Ampere

Penderitaan menurut sebagian orang merupakan pemicu untuk membangkitkan semangat hidup dan melahirkan kreativitas yang menghasilkan karya yang luar biasa. Tetapi di sisi lain, kebanyakan orang lebih mengganggap penderitaan justru mematikan harapan dan membawa pada kehancuran.

Kisah (Nabi) Ayub memiliki keterkaitan yang erat dengan penderitaan. Hal ini tidak berlebihan, karena seluruh kitab Ayub memang mencoba menjelaskan salah satu aspek dari penderitaan, khususnya penderitaan yang dialami oleh orang benar, sekalipun orang itu tidak bersalah dalam terjadinya penderitaan itu.

Pendeknya, Ayub bergumul dengan keadilan Tuhan yang terlihat sulit untuk dipahami. Memang penderitaan merupakan bagian integral dari kehidupan semua manusia, sehingga memiliki relevansi bagi setiap orang.

Namun yang menarik bahwa dari sekian banyak penderitaan yang bertubi-tubi melanda dalam kehidupan Ayub (anaknya meninggal, istrinya meninggalkan dia, harta lenyap, sahabat pun mengolok-olok; seakan tidak ada lagi pengharapan), justru pada akhirnya Ayub dapat berkata kepada Tuhan: “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.”

Perkataan Ayub memberikan sebuah keyakinan baru bahwa Tuhan dapat mengerjakan segala rancangan-Nya yang tidak mudah dipahami oleh manusia, tetapi semuanya ada untuk kebaikan kita. Ingatlah bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala yang kita alami, bahkan kesulitan terberat sekalipun.

Penderitaan bukan menjadi sesuatu yang kita takuti, namun membuat kita semakin percaya bahwa Tuhan berkuasa dan bekerja dalam setiap hal, yang pada akhirnya Tandem Felix; bahagia.

Hendaklah setiap kita belajar dari kehidupan Ampere dan Ayub, yang walaupun sejak awal atau dalam perjalanan hidup selalu saja dipenuhi dengan tangis dan derita, namun semuanya pasti akan berakhir bahagia juga.

Percayakan hidup ini kepada Dia, Sang Pembentuk kehidupan. Karena Dialah, kita dapat mengerti arti hidup yang sesungguhnya. —Larry T.L. Tobing

* * *

Sumber: KristusHidup.org, 8/12/2012 (diedit seperlunya)

Judul asli: Tandem Felix

==========

04 Desember 2012

Lupa Kasih yang Semula

Soren Kierkegaard mengarang cerita tentang seorang pria dari negeri Barat yang datang ke Tiongkok dan menjalin cinta dengan seorang wanita di sana.

Ketika pulang ke negeri asalnya, ia berjanji kepada sang wanita untuk mempelajari bahasa Mandarin supaya mereka dapat saling menulis surat cinta.


Ia memenuhi janjinya dengan belajar bahasa Mandarin sampai ke perguruan tinggi. Bahkan, ia menjadi guru besar bahasa itu. Namun, ia akhirnya lebih mencintai bahasa Mandarin dan profesi barunya sebagai guru besar.

Ia tak lagi peduli untuk menulis surat kepada sang kekasih, apalagi kembali ke Tiongkok. Ia melupakan kasihnya yang semula kepada sang kekasih.

Hati kita miris membaca ironi cerita di atas. Namun demikian, ironi ini kerap dilakukan oleh umat Tuhan. Di satu sisi, mereka memiliki aneka prestasi yang mengagumkan. Mereka suka berjerih lelah, tekun melayani, rajin menguji ajaran palsu, dan sabar menderita bagi Tuhan.

Akan tetapi, Tuhan tetap mencela dan menegur mereka. Mengapa? Karena, jauh di dalam hati, mereka sudah kehilangan kasih yang semula kepada-Nya. Aktivitas mereka yang secara lahiriah sangat padat dan sibuk, tidak dibarengi dengan kedalaman kasih mereka kepada Tuhan.

Apakah kita memiliki kecenderungan seperti itu? Kita suka melayani. Kita menegakkan ajaran yang benar. Kita mau menderita bagi Tuhan. Akan tetapi, kita sudah melupakan kasih yang semula kepada Tuhan.

Camkanlah peringatan Tuhan ini dan bertobatlah sekarang juga. —JIM

Inilah permohonanku yang tulus: lebih mengasihi engkau, oh Tuhan! ~Howard Doane

* * *

Sumber: e-RH, 4/12/2012 (diedit seperlunya)

==========

02 Desember 2012

Bersiap untuk Hari Istimewa

Menantikan sesuatu mungkin membosankan bagi banyak orang. Tetapi tidak bagi pemerintah kota London dan sekitar 10.000 atlet dari 204 negara peserta Olimpiade 2012.

Sejak empat tahun silam kebanyakan atlet sudah mulai mempersiapkan diri dengan latihan-latihan serta pengaturan pola makan yang ketat.

London sendiri melakukan berbagai pembenahan kota sejak masuk nominasi delapan tahun sebelumnya. Mereka menantikan sesuatu yang istimewa dan tak sehari pun mereka lalai memikirkannya.

Di Yerusalem menjelang abad pertama, Simeon dan Hana menantikan sesuatu yang jauh lebih istimewa, yakni kedatangan Sang Mesias. Kedua orang ini tampaknya telah menanti sangat lama.

Simeon sudah uzur dan tinggal menunggu ajal menjemput, sementara Hana sudah berusia 84 tahun. Bagaimana mereka melewati masa penantian yang panjang itu?

Hana berpuasa dan berdoa siang dan malam. Simeon tampaknya telah banyak bertekun dalam firman dan doa sehingga ia sangat memahami banyak nubuat tentang Sang Mesias.


Kedatangan Sang Mesias kini kita ingat dan syukuri tiap kali Natal menjelang, disertai pengharapan akan kedatangan-Nya yang kedua kali kelak. Kita menyebutnya Adven, bahasa Latin untuk kata kedatangan, yang dimulai empat minggu sebelum Natal.

Apa yang kita lakukan dalam masa penantian ini? Sibuk berbelanja, mencari tambahan penghasilan, atau meluangkan waktu lebih banyak untuk merenungkan makna kedatangan-Nya?

Mari arahkan hati agar kita peka mendengar apa yang Dia ingin kita lakukan menjelang perayaan Natal tahun ini, juga menjelang kedatangan-Nya yang kedua kali. —JOE

Nantikanlah kedatangan Tuhan dengan hati yang penuh harap akan Dia.

* * *

Sumber: e-RH, 2/12/2012 (diedit seperlunya)

==========


Artikel Terbaru Blog Ini