30 September 2012

Bukan Kebetulan

“Tidak ada apa-apa yang bisa disajikan untuk makan malam, Suster. Apa yang akan kita lakukan sekarang? Apakah bel makan malam tetap akan dibunyikan seperti biasanya?” tanya suster bagian dapur pada sore itu.

Suster pemimpin panti jompo, yang dikelola oleh biarawati Little Sisters of the Poor, yang menerima laporan dari suster bagian dapur dengan tenang menjawab, “Pergilah ke kapel dan berdoalah suster dan yakinlah, Tuhan mengetahui bahwa orang-orang jompo kita membutuhkan makan malam. Bunyikan bel seperti biasanya pada waktunya.”

(Little Sisters of the Poor)

Suster dapur segera pergi berdoa di kapel. Waktu pun berlalu. Pada waktu makan malam tiba, dia membunyikan bel dan menunggu dengan ketakutan.

Tidak lama setelah bel itu berbunyi, ada ketukan di pintu biara. Ternyata yang datang adalah utusan sebuah keluarga kaya. Pada hari itu, keluarga kaya tersebut hendak mengadakan pesta, ketika datang berita bahwa seorang anak laki-laki mereka kecelakaan di luar kota.

Saat itu juga mereka harus pergi ke kota di mana putra mereka mengalami kecelakan. Mereka meminta bantuan doa bagi putra mereka dan semua makanan yang sedianya akan disajikan untuk pesta, bersama sejumlah besar uang dikirimkan kepada para biarawati Little Sisters of the Poor itu.

Kebetulan? Tidak ada yang kebetulan bagi orang percaya. Mungkin kita juga pernah mengalami “kebetulan-kebetulan” dalam bentuk yang berbeda. Jika kita peka, maka kita akan menyadari bahwa “kebetulan-kebetulan” itu merupakan pertolongan Tuhan sebagai wujud pemeliharaan Tuhan yang datang tepat pada waktunya. —Liana Poedjihastuti

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 30/9/2012 (dipersingkat)

==========

28 September 2012

Mengatasi Kemacetan Hidup

Orang-orang metropolitan bergegas meninggalkan apartemen dan rumah mereka, berimpitan di jalan-jalan, ingin segera sampai tujuan. Selain rumah, jalan adalah “hunian” kedua setelah tempat kerja, di mana kemacetan membuat orang tinggal lama di jalan.

Saat orang-orang bergegas segera sampai tujuan, kemacetan seolah menguji kesabaran, dan terus mengusik gelisah. Meski ‘sabar’ tidak lagi signifikan, ‘lambat datang’ sudah takdir, ‘cepat’ tetap saja menjadi obsesi setiap orang di Jakarta.

Kenyataannya kita tidak bisa bergegas, diam meringkuk dalam kemacetan. Kita marah (entah kepada siapa), ingin segera terlepas dari kemacetan yang memenjara, entah lewat jalan mana...


Mungkin saat ini Anda tidak sedang terjebak dalam kemacetan di Jakarta. “Kemacetan” apa pun yang sedang kita hadapi, kita ingin cepat melenggang, tidak sabar, ingin segera terlepas dari stagnasi hidup yang sulit.

Kita merasa hidup ini seakan mandek, stagnan, macet, lambat bergerak. Kita ingin segera ‘mahardika’ dari masalah yang mengikis kesabaran dan terlepas dari masa-masa sulit yang melelahkan.

Kita senantiasa bergegas karena pekerjaan segera mencapai tenggat waktu, tagihan kartu kredit segera jatuh tempo, ‘hot prospect’ harus segera dimenangkan, resepsi pernikahan akan segera digelar, bahkan gigi berlubang pun tidak bisa menunggu lebih lama lagi – harus segera ditambal.

Tuhan tahu kita sedang bergegas. Ia mendengar seruan yang sama setiap detik dari jutaan orang dengan harapan yang sama, “Tuhan, segeralah menolongku! Saat ini juga Tuhan, cepatlah, jangan lambat datang!” Kita merasa cemas ketika Tuhan tidak datang tepat waktu.

Tuhan tahu Anda terjebak dalam kesulitan (seperti Ia juga tahu setiap hari Anda diimpit kemacetan). Kita senantiasa berpacu dengan waktu, tetapi Tuhan tidak terobsesi oleh waktu.

Janji kita selalu dipagari batas waktu, tetapi janji Tuhan tidak ditundukkan waktu. Kita memuja kecepatan, dan Tuhan menguasai kecepatan. Artinya, kita seharusnya luruh dalam waktu Tuhan.

Apa pun situasi kita, tetaplah percaya dan berharap kepada Tuhan. Tidakkah sejauh ini Tuhan tidak lambat datang? Tidakkah Ia sudah berulang kali menolong kita tepat waktu?

Ketika Anda merasa harus segera melepaskan diri dari kesulitan hidup, percayalah Ia tidak sedang menelantarkan Anda. Tuhan sudah memiliki solusi terbaik untuk setiap masalah Anda. —Agus Santosa

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 28/9/2012 (diedit seperlunya)

Judul asli: Tuhan, Segeralah Datang!

==========

24 September 2012

Tuhan Peduli

Banyak di antara kita saat ini yang galau dan putus asa menghadapi berbagai macam persoalan. Sudah lama mengalami masalah, sudah berdoa sekian lama, tetapi belum juga ada pertolongan Tuhan. “Capek deh.”

Karenanya lalu mempertanyakan keberadaan Tuhan. “Apakah Tuhan benar-benar ada? Kalau Dia ada, di manakah Dia saat ini? Mengapa tidak menolong aku?”

Jauh sebelumnya, filsuf Epikurus (tahun 342-270 SM) mengajukan pertanyaan, “Apakah Tuhan mau menyingkirkan kejahatan tapi Ia tidak mampu; atau Ia mampu tapi tidak mau; atau Ia tidak mau dan juga tidak mampu; atau Ia mampu dan juga mau.”


“Jika Ia MAU tapi TIDAK MAMPU, Ia lemah, yang berarti tidak sesuai dengan sifat Tuhan (Mahakuasa).”

“Jika Ia MAMPU tapi TIDAK MAU, Ia jahat, berarti juga tidak sesuai dengan sifat-Nya (Mahabaik).”

“Jika Ia TIDAK MAU dan juga TIDAK MAMPU, Ia jahat dan lemah sekaligus, berarti Ia bukanlah Tuhan.”

“Jika Ia MAU dan MAMPU, yang merupakan sifat paling cocok untuk-Nya, lalu dari manakah asal semua kejahatan dan penderitaan manusia? Atau mengapa Ia tidak menyingkirkan kejahatan dan penderitaan tersebut?”

Penderitaan manusia bisa disebabkan oleh diri sendiri, dijahati orang lain, diserang iblis, demi kebaikan orang lain, dan untuk memuliakan Tuhan.

Marilah kita renungkan: Apakah masalah atau penderitaan yang sedang kita alami saat ini karena kesalahan kita sendiri? Atau karena dijahati orang lain? Atau demi kebaikan orang lain? Atau karena iblis menyerang kita? Atau untuk kemuliaan Tuhan?

Kita mungkin tidak akan pernah mengetahuinya, tetapi marilah kita imani dan amini bahwa semuanya diizinkan Tuhan terjadi dalam hidup kita untuk kebaikan kita.

Sesungguhnya Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.

Memang akan selalu ada masalah, tetapi juga ada Tuhan yang selalu peduli. Tuhan itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan. —Liana Poedjihastuti

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 24/9/2012 (diedit seperlunya)

==========

12 September 2012

Telapak Tangan

Avenue of Stars, Hong Kong, yang mencontoh Hollywood Walk of Fame di Los Angeles, adalah jalur jalan (promenade) yang terletak di sepanjang Jalan Victoria Harbour di Tsim Sha Tsui.

Di atas jalur ini terdapat handprint (cap tangan) insan perfilman Hong Kong. Memang tempat ini dibangun sebagai penghargaan kepada para pesohor di industri perfilman Hong Kong.

Pada saat dibuka untuk umum tanggal 28 April 2004 terdapat 73 cap tangan pesohor yang diseleksi oleh Hong Kong Film Award Association dan para pembaca City Entertainment. Kini jumlah cap tangan insan perfilman Hong Kong yang ada di tempat itu telah mencapai lebih dari 100 buah.

Kebanyakan orang mengunjungi Avenue of Stars pada malam hari, sebab tempat ini lebih menawan ketika malam menjelang karena binar-binar cahaya lampu yang berasal dari gedung-gedung di daerah Wanchai, yang terletak di seberang Avenue of Stars, memberi kesan glamour dan eksotis.

Ada pula atraksi dari beberapa kapal feri yang juga berhias kerlap-kerlip lampu warna-warni. Kolaborasi binar-binar dan kerlap-kerlip lampu di malam hari ini disebut Symphony of Light. Pengunjung bisa naik salah satu kapal feri tersebut, melihat pesona Hong Kong, the best waterfront city in the world, di waktu malam.

Ketika berkunjung ke Hong Kong, pada umumnya wisatawan tidak akan melewatkan tempat yang satu ini. Tentu saja tidak semua orang, bahkan yang pernah ke Hong Kong sekalipun, sempat mengunjunginya karena berbagai alasan. Tetapi, tidak perlu berkecil hati.

Yang lebih penting dari itu adalah pastikan Anda berada di telapak tangan Tuhan. Itu berarti kita senantiasa dilindungi oleh-Nya. Melewati badai kehidupan yang paling dahsyat sekalipun, kita boleh yakin bahwa hidup kita aman dan terjamin dalam tangan Tuhan. —Liana Poedjihastuti

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 12/9/12 (diedit seperlunya)

==========

08 September 2012

Bersyukur

Kita tentu sepakat bahwa kehidupan yang dijalani oleh setiap manusia di dunia ini tidak selamanya berjalan mulus dan menyenangkan.

Ibaratnya seperti roda, terkadang berada di atas – saat kita mengalami berbagai hal yang menyenangkan seperti keberhasilan ataupun kebahagiaan. Tetapi, adakalanya juga kita berada di bawah – saat kita mengalami sakit, dukacita, ataupun kegagalan.

Namun demikian, itulah yang dinamakan kehidupan, yaitu penuh dengan lika-liku. Sehingga, seharusnya manusia pantang untuk menganggap posisi yang satu lebih baik daripada posisi yang lain, sebab jika tidak ada yang satu di antara yang lain, hidup akan menjadi hambar.

Ibaratnya kalau kita terus-menerus minum minuman yang manis, belum pernah merasakan minuman yang tawar, asam, asin, ataupun pahit, bukankah minuman yang manis tersebut akan terasa biasa saja dan tidak ada istimewanya sama sekali?

Demikian pula dengan kehidupan ini. Jika kita terus berada dalam posisi yang menyenangkan, tanpa pernah sedikit pun mengalami masa-masa sulit dan penuh penderitaan, bukankah kesenangan yang kita dapatkan tersebut menjadi hambar rasanya?

Sebaliknya, jika suatu saat kita diperhadapkan pada masa-masa sulit dan berat, kemudian suatu saat kita mengalami masa-masa yang menyenangkan, bukankah masa-masa menyenangkan tersebut menjadi indah sekali?

Oleh sebab itu, marilah kita senantiasa hidup dalam ucapan syukur. Ya, ucapan syukur dalam segala hal, sebab orang yang senantiasa bersyukur, pasti mampu menghargai kebahagiaan sekecil apa pun di dalam hidupnya.

Ia pasti tidak akan pernah berhenti berusaha untuk berbuat sesuatu, manakala ia mengalami kegagalan atau kesedihan sekalipun. Dengan demikian, maka hidup yang dijalani pasti penuh makna, karena hidupnya dipenuhi dengan ketenteraman dan kebahagiaan.

Sebuah kalimat bijak berbunyi, “Mengucap syukur dalam segala hal adalah sangat dikehendaki dan diperkenan oleh Tuhan.” —Pdt. David Nugrahaning Widi

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 27/4/12 (diedit seperlunya)

Judul asli: Mengucap Syukurlah

==========

06 September 2012

Landak

Landak, binatang yang buruk badannya namun mempunyai keunikan tersendiri.

Binatang ini berpindah-pindah tempat. Bisa berdiam di lubang-lubang batang pohon, bisa di bawah tanaman, bahkan bisa diam di antara tumpukan batu-batu.

Jika diganggu atau terancam, ia akan menggali tanah dengan keempat kakinya, dan berhenti menggali bila separuh lebih badannya sudah terkubur.

Landak mencongkel tanah dengan cakarnya untuk mencari semut, rayap, dan serangga kecil untuk dimakan.

Ia cukup kuat untuk membalikkan batu seukuran lebih dari dua kali berat tubuhnya.

Landak binatang berduri, tetapi gampang menyesuaikan diri. Apa yang menarik dari binatang ini buat kita?

Binatang berduri ini terlahir sedemikian rupa, namun ia tetap beraktivitas tanpa terganggu oleh durinya. Apakah Anda sedang membawa “duri dalam daging” yang membuat hidup tidak nyaman?

Mungkin Anda lebih beruntung daripada landak yang tiap hari harus membawa durinya. Bila hidup Anda sedang “berduri”, belajarlah untuk mengetahui kehendak Tuhan, mengapa Tuhan izinkan terjadi?

Ke mana saja landak membawa duri, dan berdamai dengan duri-durinya. Jika ada predator, landak mengalah dengan mencari perlindungan. Padahal bulu-bulu durinya bisa digunakan sebagai senjata, namun landak memakainya sebagai keunikan tubuhnya saja.

Belajarlah untuk berdamai dengan “duri-duri” yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita.

Ke mana saja landak selalu punya cara untuk mencari jalan keluar. Landak bisa berada di segala tempat, dan mengubur diri bila hidupnya terancam. Binatang ini punya banyak cara untuk mencari jalan keluar bila menghadapi masalah.

Jangan putus asa ketika menghadapi masalah, tetapi carilah jalan keluar dengan pertolongan Tuhan.

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 6/9/12 (diedit seperlunya)

==========


Artikel Terbaru Blog Ini